Suku Banjar, Suku Terbesar di Kalimantan Selatan

Pasar apung di Kalimantan Selatan DOK. Shutterstock/dani daniar

Dikutip dari Menelusuri Jati Diri Orang dan Bahasa Banjar karya Moh. Fatah Yasin, hubungan orang Banjar dangan orang Jawa terjalin sejak zaman dahulu.

Dalam sejumlah literatur lama diketahui bahwa Empu Jatmika bersama kedua putranya, Empu Mandastana danEmpu Lambung Mangkurat berlayar dari Jawa Timur ke Kalimantan. Perjalanan tersebut juga disertai beberapa pengikut setianya.

Konon, mereka berlayar ke Kalimantan untuk menghindari bencana dan perselisihan. Sesampainya di Kalimantan, mereka mendirikan sebuah negeri yang diberi nama Nagaradipa.

Nagaradipa berkembang pesat menjadi sebuah negeri yang kuat. Mereka kemudian melakukan serangan dan menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya.

Negeri Batang Tabalong, Batang Balangan, Batang Pitap, Batang Alai, Batang Hamadit, dan Labuhan Amas menjadi wilayah kekuasaan Nagaradipa dalam sekejap.

Bukti sejarah penaklukan tersebut dapat berupa candi yang ditemukan di Amuntai. Candi tersebut bernama Candi Agung yang dibangun Empu Jatmika.

Candi tersebut menggunakan material berupa batu bata yang menyerupai peninggalan Majapahit di Trowulan. Kejayaan Nagaradipa ini disebut menjadi awal hubungan Jawa dan Banjar.

Sebelum terhubung dengan Jawa, Banjar telah terlebih dahulu memiliki hubungan erat dengan Meayu. Nama Banjar sendiri berasal dari bahasa Melayu yang artinya kampung.

"Suku Banjar adalah penduduk Kalimatan Selatan yang secara historis sebenarnya adalah hasil pembauran bangsa Melayu dengaan penduduk asli Kalimantan, yaitu Maanyan, Lawangan, Bukit atau Ngaju," jelas Yasin.

Legenda Kerajaan Tanjungpura di daerah tabalong yang diidentifikasikan sebagai kerajaan Melayu. menjadi bukti pembauran kebudayaan di daerah tersebut.

Menurut Yasin, Suku Banjar bukanlah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan. Suku ini merupakan hasil percampuran dari sejumlah suku asli dan suku pendatang seperti Melayu dan Jawa. Suku asli dari Kalimantan sendiri adalah Dayak Maanyan, Lawangan, ukit, dan Ngaju.

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments